Postingan Populer

Sabtu, 24 Januari 2015

Surat Cinta; Sketsa

Sebuah amplop berwarna putih. Surat cinta dari seorang laki-laki. Aku hafal betul aroma tubuhnya. Hafal betul tatapannya, hafal betul kerlingan matanya, hafal betul genggaman tangannya. Aku hafal betul perasaannya. Tepat hari ini, di bawah surya yang menggarang, laki-laki itu sedikit berlari; menghampiriku. Aku hafal betul seperti apa perasaannya saat berlari, seperti ingin meraih angan yang selama ini sudah terbayang. "Terima kasih," nada paling antusias yang bisa kukeluarkan sembari tangan kananku menerima uluran surat cinta dari laki-laki itu.
Peluhnya bercucuran, tenaganya terkuras habis seharian. Aku ingin kembali jadi tumpuan, saat lelah sedang menggerogoti tubuhnya perlahan. Aku ingin kembali jadi penyemangat yang paling semangat, aku ingin kembali jadi pendukungnya yang paling antusias, yang mempertahankan senyum kebahagiaan pada wajahnya dengan tubuh yang sudah berjuang terlalu jauh.
Sampai tiba di hunian, kubuka amplop pemberiannya tadi. Laki-laki itu terlalu tulus menggurat pensil terlalu mulus di atas kertas yang awalnya terlalu lurus. Aku hampir lepas kendali, berloncatan ke sana ke mari. Harus kutempel sketsanya di dinding sebelah mana lagi? Namun, tujuan laki-laki itu tidak pada titik dinding tempat sketsa itu kelak menyarang. Tapi pada yang terletak di hunian; cinta.
...

Bekasi, 24 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar