Oleh: Arini Hidayah dan Cahya Ali Nur Ikhsan
Cahaya nyala api yang
benderang saat gelap…
Kita bertemu
Pada lilin kelima
Di rumah makan keempat
Yang ada di tikungan kedua belas
Penuh canda tawa, lilin
pencipta cinta…
Aku kenakan kemeja putih,
Celana abu-abu gelap, dan seuntai dasi
Lengkap dengan pengharum tubuh
Yang pasti sudah hatam aromanya kau ciumi
Waktu, berhentilah sejenak…
Kau kenakan gaun putih menjuntai
Lengkap dengan hiasan rambut berwarna senada
Aroma tubuhmu pun sudah begitu akrab kuciumi
Wajah berseri bercahaya
Harus dengan apa lagi kugambarkan
ciptaan-Mu, Tuhan?
Kita duduk berhadapan
Kau lekat dalam pandangan
Tersipu sesaat setelah kita beradu tatapan
Malu begitu wajahmu bahasakan
Lilin di meja pun ikut
terheran-heran…
Parasmu yang begitu menawan
Senyum malu yang membuatku enggan bosan
Ditambah pantulan cahaya lilin ruangan
Kau jadi begitu indah ditatapan
Abadikan, Tuhan. Kumohon,
abadikan…
Perlahan jemari kita menyatu
Cahaya lilin begitu membantu
Penciptaan siluet genggaman kita pada dinding itu
Aku jatuh, jatuh cinta amat terlalu
Hanya kepadamu; dengan atau
tanpa bersahabatnya ruang dan waktu.
Selamat makan malam.
Bekasi, 16 Januari 2015
Keren :)
BalasHapusiyadooonnngggg :D
Hapus