Oleh: Anisa Rahayu, Arini Hidayah,
Ferrara Ferronica, Luthfiatul Fuadah, dan Sukmawati
Aku tersisih diantara diksi,
terperangkap pada sesal karena tak
turut berdiskusi.
Dan kini aku tak diajak untuk turut
memadukan diksiku diantara puisi.
Rasanya sesal menyeruak seketika
kudengar larikku melayang dihempas gerimis,
terkatup pula kalimat asmara yang
sempat kutitipkan mesti tak lagi manis.
Bukan maksudku untuk mangkir, Sayang
larik-larik puisimu telah lama
kukenang,
menanti cintanya mengawang,
namun aku terkatung tanggung yang
menyarang.
Terima kasih.
Kamu yang memunguti diksiku setelah
terbuang.
Lalu dibawa terbang melayang.
Dan kalian ini aku kepayang,
terbayang kamu yang tersayang.
Sayang aku tak lihat apa yang
tayang.
Aku terpaksa hilang demi dia yang
kusayang.
Bila aku membangkang,
aku pasti dibuang.
Kalian yang kusayang teruslah
berjuang.
Benar sayang akan terbuang,
jika membangkang yang tersayang.
Sungguh beribu sayang,
kau tak paham, Sayang.
Engkau sayang pemeran tersayang.
Sayang…
berkali-kali kudendangkan kau di
telinga mereka.
Berkali-kali kugambarkan kau di mata
mereka.
Sampai kini,
kau kekal jadi pemeran utama.
Aku tak pandai memuji,
tapi aku pandai menyimpul tali.
Kau tahu yang ada di hati?
Sungguh kau seorang diri.
Lekas aku menarik diri,
sebab sadar kau tak menyadari.
Sesuatu yang abstrak di dalam hati,
kau tuding tak berarti.
Aku di sini,
kau pergi.
Aku pergi,
kau tak menanti.
Kini apalah dayaku,
menanti seseorang yang tak pernah
mengharap kehadiranku.
Sebuah kisah klasik yang
menggambarkan kesetiaan yang tak berarti.
Ada masanya,
yang terpuja jadi tiada.
Yang tadinya tiada,
kini begitu dipuja.
Bait itu pernah ada untuk yang
terpuja.
Namun kala ia tiada,
biar bait yang simpan cerita.
Biar bahasa menyimpan cerita tentang
kita,
karena saat rasa kembali tak dapat
dijaga,
kelak kulantangkan kecewa.
Bukankah itu tanda cinta?
Jika cinta dikoar rasanya,
dia bukan rasa yang terdalam.
Cukup didoakan agar terucap dari
kelembutan.
Kali ini saja…
cinta mengucap selamat pagi,
untuk yang terkasih.
Ciputat, 25 November 2014