Postingan Populer

Selasa, 03 Februari 2015

Sajak Rindu

Oleh: Arini Hidayah, Ferrara Ferronica, dan Luthfiatul Fuadah

Tung tung paratuntung. Begitu kau biasa bersajak, Mak. Ah rindu aku bergurau, berkeluh-kesah manja. Menghabiskan berjam-jam waktu. Sahabatku.
Seperti malam ini, lekat kupandangi gambar pengabadian cerita kita hari itu. Setetes demi setetes turun membersamai tangisan langit.
Sewaktu itu dalam ruang kecil kedap suara, tempat kita beradu cerita yang “katanya” pilu, tetapi denganmu pecah tawa dalam gulita.
Seperti malam kemarin, cerita kegundahan ini belum selesai. Denganmu kubiasa bercerita. Kini sedikitpun waktu belum berpihak pada kita untuk bergurau bersama.
Apa boleh kuutarakan rindu? Maaf, aku melunjak. Aku sangat rindu. Saat dekap hangat kita bertemu, denganmulah aku menemukan diriku. Lugu. Apa adanya.
Sejujurnya, seluruhnya rindu. Sangat rindu. Ingin mendekapmu walau raga ini tak sampai.
Setiap temaram berbayang aku yang tengah menimang rindu padamu gadis-gadis jalang tersayang.
Sesungguhnya aku terharu. Bagaimana tidak? Kau begitu tulus merindukanku. Sehingga aku tidak merasakan pahitnya kerinduan yang tak terbalas.
Kubilang, kau boleh terharu mulai sekarang. Sebab rindumu kubalas lebih dalam. Tak bertepuk sebelah tangan.

30 Januari 2015


2 komentar: