Lekat kupandangi potret wajahmu sedari tadi. Lamat-lamat
kutelusuri dari ujung kepala sampai hati.
Aku selalu protes, saat kau berusaha menyaingi panjang
rambutku. Aku ingin rambutmu tertata rapi. Pada puncak tubuhmu, aku ingin
memberikan sensasi usapan paling melenakan di sana. Mengantarmu terlelap di
setiap malamnya. Membiarkanmu melepas penat kepalamu di pangkuanku. Nyenyak, dan
bermimpi indah.
Aku selalu ingin menyentuh tegas rahangmu. Mengikuti alurnya
dari pelipis sampai dagu. Merasakan pakem-pakem tulang wajah yang begitu gagah.
Lebih dekat kupandangi. Aku pun ingin mendaratkan telapak tanganku di kedua
pipimu. Memberikan sensasi usapan hangat di kedua sisinya. Menyatakan rasa
melalui isyarat yang begitu nyata.
Aku ingin berselancar di antara alis matamu sampai
dasar hidung yang bentuknya jauh lebih sempurna dari milikku. Tapi aku tetap
mensyukurinya. Bukankah kau jatuh cinta pada hidungku? Kau boleh tertawa.
Aku selalu
ingin menyentuh senyum itu. Menarikan jemariku di sana. Cukup jemari, tanpa
menarikan sepasang bibirku di sana. Ada waktunya. Aku ingin jadi sebab dari
akibat pemanis wajahmu terus berkembang di singgasananya.
Pada
spasi antara jenjang leher dengan pundakmu, aku ingin sisipkan daguku yang
bersandar di sana. Berlawanan. Begitu pun kau yang mematokkan dagumu di
pundakku. Dalam dekap yang membuat jarak di antara kita begitu dekat. Di antara
tubuh yang hampir tiada celah, aku terlalu hatam aromanya. Aku begitu menyukai wewangian
yang kau semprotkan pada tubuh, itu salah satu hal pemicu rindu yang paling
ampuh.
Dalam rongga yang bidang, semoga aku pengisi bagian
yang rumpang.
…
Bekasi, 3 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar